Suka bercerita, bercerita suka-suka

Facebook
RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Macet & Egoisme Tingkat Tinggi

Akhirnya kembali lagi nulis di blog ini, liputan dan editan video tiap hari bikin waktu untuk update ini blog jadi susah. Ya gak masalah juga sih, karena gak tiap hari juga ada sesuatu yang bener-bener spesial untuk di bagi di blog ini. Kenapa sekarang nulis lagi, karena ada hal spesial yang akan saya tuangin disini berdasar hasil renungan saya selama perjalan pulang kantor tadi sore.

Kalian yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, atau di kota dengan kepadatan kendaraan yang sangat gak asik pasti setiap hari mengalami yang namanya macet kan? 10 atau 5 tahun lalu mungkin kemacetan hanya terjadi di beberapa jalan protokol dan di waktu tertentu seperti pagi dan sore hari saat para pekerja kantor melintas di jalanan. Tapi sekarang? tidak hanya jalan protokol, tidak hanya pagi dan sore hari, sekarang setiap jalanan mulai dari protokol hingga jalan kampung selalu macet hampir tiap waktu, mau itu pagi, siang, sore sampai malem.

Tau gak tanpa disadari kemacetan yang cukup parah di Jakarta membuat para ahli berprediksi pada 2020 kelak saat kita keluar rumah itu udah macet berkilo-kilo *ngeri*. Tidak hanya itu, kemacetan juga sadar atau tanpa kita sadari membuat masyarakat menjadi makhluk hidup dengan egoisme tingkat tinggi. Gak percaya? coba tengok di setiap perempatan atau pertigaan jalan besar, selalu saja ada pengemudi yang menerobos lampu lalu lintas, selalu saja ada pertengkaran ketika kendaraannya sedikit tersenggol orang lain, selalu saja ada makian ketika pengemudi lain merugikan kita di jalan. Semua itu berlabuh menjadi satu hal, yakni egoisme diri.


Entah apa yang salah sehingga masyarakat menjadi seperti itu, kalo menurut saya karena kurang bersyukur dan santai ngejalanin hidup aja sih. Kalo menurut saya jalan keluarnya mereka perlu berlibur ke alam sesekali jangan berkutat di hutan beton kota terus tiap hari. Dan yang parahnya hal ini gak hanya menimpa pengemudi sepeda motor aja, pengemudi mobil, bahkan pejalan kaki pun jadi berperilaku serupa karena efek kemacetan yang udah terlalu mendarah daging. Kita harus merubah kebiasaan yang makin jadi tabiat yang sangat buruk ini, ya kalo gak bisa mempengaruhi seseorang dari sifat egoisme akut, minimal kita mulai dari diri kita sendiri mudah-mudahan yang lain mengikuti. Ingat egoisme dekat dengan emosi, emosi dekat dengan stres, stres dekat dengan penyakit, penyakit dekat dengan kematian, kita gak mau kan karena egois kita jadi mati? agak gak nyambung sih tapi disambungin aja karena sebenarnya semuanya berkesinambungan kok *ngomong apa sih*.

Ingat.
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
-Bagaimana kita menjadi baik jika bukan manfaat yang kita tebar, melainkan keburukan dan keegoisan yang menyusahkan orang lain-
[ Read More ]

Siklus Kehidupan

Idul Adha ke-22 saya di tahun ini bisa dibilang cukup berbeda, bukan ritual, lingkungan, atau nuansanya tapi kelengkapannya. Ya kelengkapan, tahun ini bahkan hingga tahun-tahun kedepan kelengkapan itu tak akan pernah menjadi lengkap seutuhnya. Karena satu hari lalu nenek saya menghembuskan nafas terakhirnya akibat usia yang tak lagi bisa dikompromikan. Tahun berikutnya setelah ini semua rutinitas mungkin akan berubah, tak ada yang menyambut kami lagi ketika tiba di kampung halaman, tidak ada yang bisa kami ajak latihan berbicara bahasa jawa lagi, mungkin rutinitas pulang kampung sendiri nantinya bukan menjadi sebuah prioritas lagi. Yak semua berubah, satu hal yang tak berubah adalah sebuah perubahan itu sendiri.

Sebuah lagu "Tak ada yang abadi - Peterpan" mungkin bisa menggambarkan perubahan itu semua. "Lahir - anak kecil - remaja - dewasa - tua - tutup usia" sebuah siklus yang telah, sedang, akan dialami oleh setiap manusia di dunia ini. Roda kehidupan akan terus berputar tanpa henti, dengan alasan apapun, tinggal bagaimana kita mempersiapkan itu semua.

Kesadaran diri harus datang seiring berjalannya waktu, kita akan semakin tumbuh dewasa dan akan mengambil peran yang dahulu dilakukan oleh orang tua kita. Mempersiapkan diri berarti juga mempersiapkan metal kita untuk memikul semua tanggung jawab itu. Tak lagi mengandalkan orang membantu hidup kita, namun nantinya kita yang akan menjadi andalan generasi setalah kita. Siklus kehidupan ini akan terus berputar tanpa batas, semakin lama kita akan menua kemudian akan meninggalkan dunia ini, hanya yang siap dan yang menyadarinya yang dapat menghadapi perubahan ini. Selamat tinggal nek, semoga engkau tenang di alam sana di sisi Allah swt. amiinnn.
[ Read More ]

Bulan Ke-9

5 bulan sudah blog ini gak keurus sama sekali, banyak debu disana-sini, bahkan ada sarang laba-laba tumbuh dengan pesatnya. Akhirnya setalah bersih-bersih blog waktunya kembali bisa nulis lagi. Sadar gak bisa nulis dengan gaya bahasa "gaul" dalam bercerita untuk seterusnya mungkin kata "gw" akan diganti dengan "saya" he he he.

Oktober ini udah masuk bulan ke-9 saya jadi kuli tinta, jangan ditanya uda liput apa aja, terlalu banyak sampe lupa *alasan*. Politik, Ekonomi, Olahraga, Teknologi, Gaya Hidup, Selebriti, Travel semuanya uda pernah diliput, tapi paling enak untuk diliput ya tentang travel, selain bisa jalan-jalan kita jadi kenal akan lokasi wisata dan budaya dari daerah yang kita datangi :)

Liputan 10 tahun D'Masiv

Saat liputan ke Sawarna
Status outsourcing pun telah berganti sejak 3 bulan lalu, ya dalam 6 bulan udah diangkat tetap menurut saya sebuah prestasi yang cukup bisa dibanggakan jika dibandingkan cerita senior saya yang dulu harus satu tahun lebih kerja baru bisa diangkat tetap. Walau udah jadi karyawan tetap keinginan berwirausaha masih bergelora dalam diri, semoga secepatnya bisa terealisasi. Waktu kerja yang kadang amburadul membuat waktu untu mulai berwirausaha pun terhambat *alasan*. Harapan pun selalu ada, saya tak mau selamanya menjadi seorang pekerja dan akan segera memulai berwirausaha.

Hendaklah kalian berdagang karena berdagang merupakan sembilan dari sepuluh pintu rezeki.” (Al-Mughni ‘an Hamlil Asfar, Al-Hafizh Al-‘Iraqi pada hadits no. 1576)
[ Read More ]

Pengalaman Pertama Liputan

Wuih ga kerasa udah hampir 4 bulan gw menyandang sebutan kuli tinta, pekerjaan yang katanya mulia karena memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang informasi apa aja. Bagi kalangan kuli tinta atau pekerja media 4 bulan itu masih sebentar, malah ada yang puluhan tahun kaya pendiri kantor gw dan juga pendiri kantor berita yang toko bukunya dimana-mana itu. Waktu kerja yang baru sedikit itu bikin gw berasa anak bawang, iya betul anak bawang itu lho yang kalo setiap ikut maen kadang suka ga dianggep karena masih kecil.

Biarpun baru 4 bulan udah lumayan banyak lika-liku cerita pengalaman liputan yang bisa gw kenang buat anak cucu gw kelak hahaha masih lama. Tapi, kalo gw ceritain langsung semuanya nanti gak seru lagi, nanti yang dateng ke blog gw jadi sepi lagi, kan berabe jadinye.

Pengalaman liputan pertama kali yang gw rasain itu pas hari kedua masuk kerja. Jadi gw harus mewawancara narasumber boyband cilik gitu, yang namanya ada junior-juniornya gitu. Dimana-mana pengalaman pertama itu pasti tegang dan keringetankan karena belum terbiasa, gw juga gitu tapi bedanya gak keringetan. Kenapa gak keringetan, karena pas jalan ke lokasi liputan itu udah malem + ujan gede, jadi gak sempet keringetan. Dan juga jarak antar kantor gw sama lokasi liputan lumayan, bikin kaki gemeteran.

Seperti halnya kuli tinta lainnya kalo uda sampe lokasi liputan, pasti cari narasumbernya dimana, dan gw pun kaya gitu juga, bedanya kuli tinta yang lain gak celingak-celinguk kaya gw pas nanya lokasi narasumber. Singkat kata, gw uda masuk kedalem lokasi syuting dan mereka masih pada syuting, padahal udah jam 10 malem. Hebat pikir gw, ternyata mereka bekerja sangat keras untuk bisa sukses kaya sekarang, kerja dari pagi sampe malem persis kaya kerjaan yang gw lakuin sekarang ini. Perbedaannya cuma satu, pada sektor pendapatan, apa yang gw dapatkan itu sepersekiannya dari pendapatan yang mereka terima, dunia memang adil sodara-sodara (positif thinking).

Yah kesimpulan liputan pertama kali gw di dunia kerja nyata itu beda banget dengan pengalaman gw selama ini di lembaga pers mahasiswa. Bingung pasti, tapi jangan sampai linglung ngejalaninnya, gitu aja sih gampangnya.
[ Read More ]

Bosan Kerja?

Akhirnya corat-coret lagi di blog satu ini, uda hampir 4 bulan gak ngeblog. Tulisan kali ini mungkin pembahasannya gak jauh dari pekerjaan dan rasa bosan, kenapa bisa? Jika kita perhatikan teman atau orang disekitar kita yang sudah bekerja pasti obrolannya gak jauh dari pekerjaan, rasa bosan, intervensi berlebihan bahkan mungkin cacian.

Sebenarnya apa yang salah dengan itu semua? ternyata pekerjaan dengan pendapatan yang besar bukan menjadi jaminan kita akan bisa menikmati dan menjalankan pekerjaan itu dengan semangat, mungkin malah pekerjaan dengan pendapatan yang cukup lebih nyaman untuk dijalankan. Seperti kata sebuah kutipan, "jadikan hobimu menjadi sebuah pekerjaan, maka akan terasa lebih menyenangkan menjalankannya".


Jadi intinya kita harus menjadikan hobi kita jadi pekerjaan utama kita? ya enggak juga tapi lebih baik begitu, malah jika bisa telaten (sabar), kita bisa menjadikan hobi kita menjadi sebuah peluang usaha yang dapat mendatangkan banyak uang. Tapi balik ke diri kita lagi, ada yang lebih nyaman jadi pekerja namun tidak sedikit yang lebih tertantang menjadi seorang wirausaha. Jika tekun di dunia kerja kita akan menjadi seorang profesional, jika sukses di wirausaha kita akan menjadi seorang pengusaha. Tinggal di jalan mana kita berpijak, tak sedikit pula yang merubah pijakan mereka ketika merasa jalan yang di ambilnya tidak terasa cocok dengan dirinya. Jadi kesimpulan tulisan ini tentang pekerjaan dan rasa bosan yaitu kita harus memahami diri sendiri dalam menentukan jalan hidup kita, agar tidak bosan menjalaninya.
[ Read More ]

    Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com