Coretan suka-suka

Suka bercerita, bercerita suka-suka

Facebook
RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pindah, Pindaahh, Pindaaahhh!

PINDAH, sebuah kata biasa tapi sarat makna, dimana terjadi perubahan dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Saya, kamu, kita pasti pernah merasakan hal ini. Pindah sekolah ke jenjang lebih tinggi, pindah kantor ke tempat lebih baik, pindah rumah ke lingkungan yg lebih nyaman atau pindah hati ke orang yang lebih menerima kita dengan tangan terbuka.


Agak random sebenernya kenapa tiba-tiba ngomongin tentang pindah, terbesit begitu aja sekilas di kepala terus langsung coba dituangin disini lewat tulisan.


Gak terasa beberapa tahun ini terjadi banyak perpindahan di kehidupan saya. Mulai dari hal simpel kaya pindah posisi tidur sampe yg rumit kaya pindah lokasi kantor dan rumah.


Ketika pindah ada keadaan positif dan negatif yg ikut terbawa oleh kita ke tempat baru nantinya. Kenangan manis  keadaan sebelumnya akan jadi sesuatu yg sulit untuk dilupakan, sebaliknya rasa syukur terhatur pada Sang Khalik bahwa kenangan buruk masa lalu akan tertinggal selamanya (insyaallah).


Kalo ditelisik sejarahnya, perpindahan ini bahkan pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad pada masa itu dari Mekah ke Madinah, sebuah peristiwa yg umat Islam kenal dengan peristiwa Hijrah. Beliau berpindah (hijrah) saat itu, selain untuk berlindung dari ancaman kaum kafir, juga sebagai suatu tekad untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Ya, berubah lebih baik.


Kadang sebagian dari kita pasti merasa keadaan jadi gak menyenangkan ketika kita terjebak dalam kondisi penuh tekanan, kurang penghargaan, dilingkupi rasa kekecewaan, dan seabrek rasa negatif lainnya. Kondisi kaya gini bisa jadi bom waktu yg bisa meledak kapanpun. Efeknya gak hanya melukai kita tapi juga orang-orang yg peduli di sekitar kita.


Pindah, jadi jalan keluar untuk mendapatkan keadaan yg lebih baik dari sebelumnya. Pindah dari bandel menjadi baik, dari sakit jadi sehat, dari suudzon menjadi husnudzon, dari pemalas jadi rajin, dari penyendiri jadi suka bersosialisai, dari egois menjadi peduli sesama. Pindahlah ke tingkatan yg lebih tinggi, jangan berpindah kedalam keadaan yg sama atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya, karena kita pasti tidak mau jadi orang yg merugi bukan?





”Demi masa. Sesungguhnya manusia benar benar berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran...”
(QS. Al-‘Ashr: 1-3)


[ Read More ]

Hati dan Hati



Sadar atau tidak kehidupan manusia tak lepas dari judul diatas. Banyak hal yang terjadi lewat satu kata itu jika disandingkan dengan sebuah kata lain yang langsung merubah maknanya. Jatuh hati, main hati, sakit hati, beberapa hal yang diambil dari kata 'hati', dan sering terjadi dalam kehidupan manusia.


Jatuh Hati, memberi banyak keindahan dalam frase kehidupan kita yang mungkin biasa saja awalnya. Menghangatkan setiap pikiran, kata dan perbuatan yang dilakukan. Serta menghidupkan sisi humanis dari tiap orang yang dideranya. Jatuh Hati membuat kehidupan seseorang menjadi lebih dihargai dan diakui, juga membuat kita belajar bahwa merebut hati itu lebih sulit dari membangun gedung dan segala isinya.


Main Hati, berbeda dengan yang pertama walau sama memberi keindahan, meski yang ditawarkan hanya kesemuan belaka. Banyak orang yang terjebak hal ini jika tak pandai membedakan mana yang nyata mana yang tak pernah ada. Main hati pernah dilalui tiap manusia tapi hanya pemilik hati yang tulus sesungguhnya yang bisa melaluinya. Bagian ini mengajarkan pada kita bahwa hati tak hanya untuk direbut tapi juga harus dipertahankan untuk membuat akhir yang didambakan.


Sakit Hati, bertolak belakang dengan jatuh hati. Membekukan serta menggelapkan setiap pikiran, kata dan perbuatan yang dilakukan. Jika terlampau kronis bahkan mematikan sisi humanis tiap manusia. Sakit hati memberi gambaran, bahwa tiap hati memiliki sisi kelam yang terkadang muncul jika terus dicampakkan. Perlu usaha maksimal menerangi sisi hati satu ini jika sudah terlampau terseret jauh dalam kegelapan.


Dari hati, untuk hati, bagi hati.



Posted via Blogaway


[ Read More ]

Dieng, Negeri Kahyangan (Part 1)

“Travel brings power and love back into your life.”
― Rumi

“Ya udah diputusin kita jalan ke dieng tanggal 17 April abis magrib ya”, entah siapa yang bicara saat itu tapi diputuskanlah destinasi berikutnya yang akan disamperin oleh saya dan para crew Relis Adventure yakni sebuah lokasi wisata yang berjarak satu jam perjalanan dari kota Wonosobo dan memiliki ketinggian rata-rata 2000 mdpl. Negeri kahyangan sering disebut untuk daerah yang terletak di dataran tinggi ini, kita sebut saja daerah itu bernama Dieng.
[ Read More ]

Belajar Melukis dengan Cahaya

“You don't make a photograph just with a camera. You bring to the act of photography all the pictures you have seen, the books you have read, the music you have heard, the people you have loved.” ― Ansel Adams


[ Read More ]

Menapaki Langkah Selanjutnya

Gak berasa, hari ini nambah lagi usianya, 23 tahun mendekati seperempat abad. Alhamdulillah banyak mimpi dan cita yang telah terpenuhi menginjak tahun ini, walau ada beberapa yang dipending sama Allah bahkan diganti dengan yang lebih baik lagi (I belive that).

Sadar nambah usia sebenernya membuat "jatah" hidup di dunia semakin berkurang, makin dekat kematian, menambah langkah bertemu malaikat pencabut nyawa. Jadi mikir, sudah siapkah bekal saya jika dipanggil sewaktu-waktu? pertanyaan klise tapi selalu penting untuk diingat.


Usia nambah dan postur tinggi besar membuat saya terlihat makin dewasa (tua maksudnya). Secara alami sifat dan kelakuan yang beraroma anak kecil pun lambat laun memudar dan dipaksakan memudar. Tanggung jawab semakin besar, pemasukan sudah harus dari kantong sendiri, dan sudah mulai memikirkan pendamping hidup.

Soal pendamping ini bisa dibilang curhat colongan saya hehehe, di usia seperti saya hampir banyak teman dan saudara yang telah dan akan segera mempunyai pendamping. Saya? entahlah, masih dalam proses penetapan (semacam undang-undang). Ingin sih segera melepas masa lajang, mempunyai pendamping dan kita tumbuh dewasa bersama. Dulu mikirnya kalo mau punya pendamping hidup harus sudah mapan, punya rumah dan kendaraan. Tapi makin kesini kualifikasinya sedikit melunak, jika menunggu mapan? mungkin nunggu tua dulu baru terwujud (jangan sampai).

Cerita bapak dan ibu yang menikah di usia cukup muda dan hanya bermodalkan dana seadanya merubah pandangan saya tentang mapan, mungkin bukan mapan tapi mencukupi kata yang tepat untuk tahu seseorang sudah siap atau belum untuk hidup berdua. Kedewasaan jadi cari ampuh untuk memulai segera. Semoga alam semesta bergerak berirama dengan alunan kehidupan saya.


Harapan, mimpi, keinginan dan cita-cita saya sejak sma sampai sekarang tidak pernah berubah, ingin menjadi seorang pengusaha walau sekarang masih menjadi pegawai di perusahaan orang lain. Membahagiakan orang tua bukan cita-cita saya tapi sebuah keharusan, walau sadar sampai saat ini belum bisa sepenuhnya membantu tapi nanti, dengan ridho dan rizki Lillahi saat itu akan segera tiba, saya yakin.

Membahagiakan orang tua, mempunyai perusahaan sendiri, mempunyai pendamping hidup yang baik, masih menjadi mimpi. Tapi mimpi ini akan terus saya kejar sampai kapanpun, bahkan sampai ke peraduan terakhir dalam hidup. Saya yakin dan percaya, semua akan terwujud jika Allah turut membantu, karena tidak ada tempat paling baik untuk berserah diri selain Allah swt.

"Seandainya kamu semua bertawakal kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya, niscaya kamu akan mendapat rizqi seperti rizqinya burung-burung di waktu pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan kembali sore hari dengan perut kenyang" (HR. Imam Tirmidzi)

Jakarta, 21 Februari 2014




Ryan Maulana
[ Read More ]

Macet & Egoisme Tingkat Tinggi

Akhirnya kembali lagi nulis di blog ini, liputan dan editan video tiap hari bikin waktu untuk update ini blog jadi susah. Ya gak masalah juga sih, karena gak tiap hari juga ada sesuatu yang bener-bener spesial untuk di bagi di blog ini. Kenapa sekarang nulis lagi, karena ada hal spesial yang akan saya tuangin disini berdasar hasil renungan saya selama perjalan pulang kantor tadi sore.

Kalian yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, atau di kota dengan kepadatan kendaraan yang sangat gak asik pasti setiap hari mengalami yang namanya macet kan? 10 atau 5 tahun lalu mungkin kemacetan hanya terjadi di beberapa jalan protokol dan di waktu tertentu seperti pagi dan sore hari saat para pekerja kantor melintas di jalanan. Tapi sekarang? tidak hanya jalan protokol, tidak hanya pagi dan sore hari, sekarang setiap jalanan mulai dari protokol hingga jalan kampung selalu macet hampir tiap waktu, mau itu pagi, siang, sore sampai malem.

Tau gak tanpa disadari kemacetan yang cukup parah di Jakarta membuat para ahli berprediksi pada 2020 kelak saat kita keluar rumah itu udah macet berkilo-kilo *ngeri*. Tidak hanya itu, kemacetan juga sadar atau tanpa kita sadari membuat masyarakat menjadi makhluk hidup dengan egoisme tingkat tinggi. Gak percaya? coba tengok di setiap perempatan atau pertigaan jalan besar, selalu saja ada pengemudi yang menerobos lampu lalu lintas, selalu saja ada pertengkaran ketika kendaraannya sedikit tersenggol orang lain, selalu saja ada makian ketika pengemudi lain merugikan kita di jalan. Semua itu berlabuh menjadi satu hal, yakni egoisme diri.


Entah apa yang salah sehingga masyarakat menjadi seperti itu, kalo menurut saya karena kurang bersyukur dan santai ngejalanin hidup aja sih. Kalo menurut saya jalan keluarnya mereka perlu berlibur ke alam sesekali jangan berkutat di hutan beton kota terus tiap hari. Dan yang parahnya hal ini gak hanya menimpa pengemudi sepeda motor aja, pengemudi mobil, bahkan pejalan kaki pun jadi berperilaku serupa karena efek kemacetan yang udah terlalu mendarah daging. Kita harus merubah kebiasaan yang makin jadi tabiat yang sangat buruk ini, ya kalo gak bisa mempengaruhi seseorang dari sifat egoisme akut, minimal kita mulai dari diri kita sendiri mudah-mudahan yang lain mengikuti. Ingat egoisme dekat dengan emosi, emosi dekat dengan stres, stres dekat dengan penyakit, penyakit dekat dengan kematian, kita gak mau kan karena egois kita jadi mati? agak gak nyambung sih tapi disambungin aja karena sebenarnya semuanya berkesinambungan kok *ngomong apa sih*.

Ingat.
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
-Bagaimana kita menjadi baik jika bukan manfaat yang kita tebar, melainkan keburukan dan keegoisan yang menyusahkan orang lain-
[ Read More ]

Siklus Kehidupan

Idul Adha ke-22 saya di tahun ini bisa dibilang cukup berbeda, bukan ritual, lingkungan, atau nuansanya tapi kelengkapannya. Ya kelengkapan, tahun ini bahkan hingga tahun-tahun kedepan kelengkapan itu tak akan pernah menjadi lengkap seutuhnya. Karena satu hari lalu nenek saya menghembuskan nafas terakhirnya akibat usia yang tak lagi bisa dikompromikan. Tahun berikutnya setelah ini semua rutinitas mungkin akan berubah, tak ada yang menyambut kami lagi ketika tiba di kampung halaman, tidak ada yang bisa kami ajak latihan berbicara bahasa jawa lagi, mungkin rutinitas pulang kampung sendiri nantinya bukan menjadi sebuah prioritas lagi. Yak semua berubah, satu hal yang tak berubah adalah sebuah perubahan itu sendiri.

Sebuah lagu "Tak ada yang abadi - Peterpan" mungkin bisa menggambarkan perubahan itu semua. "Lahir - anak kecil - remaja - dewasa - tua - tutup usia" sebuah siklus yang telah, sedang, akan dialami oleh setiap manusia di dunia ini. Roda kehidupan akan terus berputar tanpa henti, dengan alasan apapun, tinggal bagaimana kita mempersiapkan itu semua.

Kesadaran diri harus datang seiring berjalannya waktu, kita akan semakin tumbuh dewasa dan akan mengambil peran yang dahulu dilakukan oleh orang tua kita. Mempersiapkan diri berarti juga mempersiapkan metal kita untuk memikul semua tanggung jawab itu. Tak lagi mengandalkan orang membantu hidup kita, namun nantinya kita yang akan menjadi andalan generasi setalah kita. Siklus kehidupan ini akan terus berputar tanpa batas, semakin lama kita akan menua kemudian akan meninggalkan dunia ini, hanya yang siap dan yang menyadarinya yang dapat menghadapi perubahan ini. Selamat tinggal nek, semoga engkau tenang di alam sana di sisi Allah swt. amiinnn.
[ Read More ]

    Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com