Suka bercerita, bercerita suka-suka

Facebook
RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Belajar Melukis dengan Cahaya

April - 27
Ryan Maulana

“You don't make a photograph just with a camera. You bring to the act of photography all the pictures you have seen, the books you have read, the music you have heard, the people you have loved.” ― Ansel Adams



Quote di atas betul banget, menghasilkan foto bagus gak cuma asal jepret sana jepret sini tetapi harus memiliki ide dan konsep yang jelas sebelum memotret, layaknya orang yang akan melukis di kanvas. Bedanya, bagi para fotografer kanvasnya adalah frame digital yang ada dikamera dan kuasnya adalah cahaya yang dihasilkan dari sekeliling obyek yang kita foto, jadi intinya memotret diibaratkan melukis namun dengan menggunakan cahaya, keren ya.

Bicara tentang fotografi bikin saya inget tentang pengalaman pas awal-awal mulai tertarik dengan dunia jeprat jepret ini, jadi tulisan kali ini akan membahas tentang pengalaman itu. Yah walau saya tahu buat beberapa orang pengalaman saya kadang gak penting (emang gak penting), setidaknya bagi yang baca tulisan ini tahu, bahwa buat bisa dan biasa terhadap satu hal ada waktu yang harus dicapai, check this out.

Sepasang kekasih di pantai pulau Tidung, Jakarta

Awal mula tertarik dan mulai pegang kamera Digital Single Lens Reflector (DSLR) itu pas bulan Agustus 2010 lalu. Kuliah di jurusan periklanan di salah satu kampus swasta di Jakarta pada tahun 20** (gak usah detail nanti keliatan tuanya) membuat mata kuliah fotografi dasar dan fotografi produk menjadi salah satu ilmu yang harus dipelajari oleh kita para mahasiswa. Mata kuliah fotografi otomatis membuat penggunaan kamera DSLR menjadi sebuah keharusan bagi para mahasiswa. Memang kampus gak mewajibkan kita punya kamera yang harganya bisa bikin kantong mahasiswa bolong itu. Tapi alhamdulillahnya saat itu saya dapet rejeki kamera DSLR dari undian sabun gosok yang tiap hari saya kirimkan (tapi bohong). Kamera hasil pemberian orang tua saya itu sebenernya karena kasihan ngeliat anaknya udah uring-uringan di pojokan ruangan meratapi tugas kuliah yang mengharuskan pake kamera DSLR (oke berlebihan). Saya selalu bersyukur mendapat kemudahan oleh Allah dalam segala hal, termasuk kemudahan memiliki barang mewah itu (hamdallah).

Hasil jepretan pertama kalinya pada Agustus 2010

Sejak itulah pengalaman saya belajar melukis dengan cahaya dimulai. Pertama kalinya mendengar istilah-istilah dalam fotografi bikin otak saya konslet dan beberapa urat kram seketika (lebay). Istilah-istilah seperti bluring, bulb, freezing, hypervocal, selective focus, silhoute, zooming dan panning bikin newbie kaya saya jadi pening seketika hahaha.

Hasil tugas fotografi kala itu
Dari awal Agustus 2010 sampai awal tahun 2012 saya masih antusias otak-atik beragam tehnik menggunakan kamera ini. Kamera DSLR pertama yang saya punya yaitu Sony Alpha 230, kenapa pilih type tersebut karena saat itu saya masih pemula jadi mikirnya mau merk apa juga sama aja hasilnya, yang penting orang dibalik view findernya jago apa enggak (gaya banget). Pada tahun itu harga kamera yang saya punya dikisaran 5 jutaan, belinya pun deket dengan rumah, sebut saja Plaza Pon*dok G*ede. Ada cerita menarik atau bisa dibilang ngeselin usai membeli kamera, jadi saat dibawa ke kampus salah satu temen juga punya kamera dengan type yang sama. Usut punya usut dia beli di Harco Mangga Dua dengan harga yang gak beda jauh dengan saya tapi dapet dua lensa, lensa 18-55mm sama lensa zoom 70-300mm (rugi bandar saya -____-).

Kamera yang dipunya saat ini

Layaknya manusia biasa yang kadang suka bosan dan disibukan dengan tugas akhir sejak pertengahan 2012 membuat saya mulai meninggalkan hobi fotografi ini, disamping kamera yang sudah mulai goyah dan satu dua kali mulai menunjukan gejala uzur. Hingga selepas wisuda pada akhir 2012 saya mulai melirik kembali hobi yang satu ini, disamping itu saya juga mulai coba-coba berbisnis dengan kamera yang saya punya, daripada nganggur aja di rumah. Lumayan lah lewat bisnis ini saya bisa beli apartemen di tepi laut dengan kapal pesiar dua tingkat (tapi bohong). Biar hasilnya gak banyak tapi Alhamdulillah lumayan duitnya buat sekalian berbagi dengan yang lain hehehe.

Kamera ini juga pernah berjasa pada kurun waktu pertengahan 2012 sampai awal 2013 kala itu, dimana proyek pembuatan buku 25 tokoh nasional mulai digulirkan oleh UKM yang membesarkan saya yakni LPM Inspirasi. Kamera ini mulai bertemu para tokoh nasional saat itu, sebut saja Amien Rais, Abdullah Hehamahua, AM Fatwa, Syafii Antonio dan sederet tokoh lainnya yang membuat kamera ini jadi kebanggaan tersendiri buat saya.

Beberapa tokoh nasional yang diabadikan oleh si Alpha 230

Masuk 2013 saat mulai kerja di salah satu media nasional membuat saya kembali jarang menggunakan kamera karena jobdesk yang mengharuskan saya menggunakan video sebagai alat dokumentasi (tunggu aja, nanti ada bagian sendiri buat pengalaman tentang video ini). Hingga waktu pun berlalu dan pada Juni 2013 saya menemukan tambatan hati baru bernama KAMU, iya kamu tambatan hati aku yang hilang selama ini, percaya deh sama aku (makin ngawur). Tambatan itu bernama Canon EOS 600D, si Alpha tetap masih bisa digunakan tapi karena barang baru saya lebih sering menggunakan EOS untuk pendokumentasian event, travelling bareng Relis Adventure, dari panasnya pasir pantai sampai dinginnya pegunungan kala pagi, dan juga salah satu alat yang saya andalin dalam pembuatan video-video singkat tentang Indonesia dan isinya.

Waktu 4 tahun yang selama ini saya gunakan buat belajar fotografi masih terbilang singkat banget. Walau beberapa temen ada yang mahir hanya dalam kurun waktu itu, tapi buat saya yang angot-angotan (kadang antusias kadang malas-malasan)  ini baru permulaan, saya harus selalu haus ilmu dan terus belajar hingga mampu. Banyak target dan mimpi yang sudah saya rancang lewat kamera-kamera ini dikemudian hari, doakan saja semuanya berjalan lancar (amiinnn).

Ada sebuah nasihat dari seseorang yang saya lupa sumbernya dari mana, jika kita aktif dan bergelut dalam satu bidang selama kurun waktu minimal 5 tahun bahkan lebih kita bisa menjadi ahli dalam bidang tersebut. So, butuh satu tahun lagi bagi saya hingga genap 5 tahun, tapi itu semua baru awal, untuk menapaki langkah selanjutnya.

Beberapa foto yang diambil pake Sony Alpha 230 dan Canon EOS 600D.

Tarian yang dibawakan anak-anak di desa Selo

Jakarta Motor Show

Salah satu karya seni di jalanan Malioboro, Yogyakarta

Pemandangan di Taman Bunga Nusantara, Cipanas, Jawa Barat

Deretan Candi Prambanan di Yogyakarta

Pantai Wedi Ombo, Gunung Kidul, Yogyakarta

Pantai Tanjung Layar, Sawarna, Banten

Museum merapi, Yogyakarta

Kendaraan penembus lereng merapi, Yogyakarta

Klenteng Sam Pho Kong, Semarang, Jawa Tengah

Telaga Warna, Dieng, Jawa Tengah

Gunung Sindoro dilihat dari Bukit Sikunir, Dieng, Jawa Tengah

One Response so far.

  1. Bagus - bagus gan fotonya nihh..
    Kerenn, bagi2 dong artikel mengenai cara mengambil gambar dengan baik.

Leave a Reply

    Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com