“Travel brings power and love back into your life.”
― Rumi

“Ya udah diputusin kita jalan ke dieng tanggal 17 April abis magrib ya”, entah siapa yang bicara saat itu tapi diputuskanlah destinasi berikutnya yang akan disamperin oleh saya dan para crew Relis Adventure yakni sebuah lokasi wisata yang berjarak satu jam perjalanan dari kota Wonosobo dan memiliki ketinggian rata-rata 2000 mdpl. Negeri kahyangan sering disebut untuk daerah yang terletak di dataran tinggi ini, kita sebut saja daerah itu bernama Dieng.
Butuh waktu berbulan-bulan sebenarnya untuk memutuskan destinasi ke daerah ini, beragam perdebatan, adu argumen, saling sanggah masukan bahkan saling cakar-cakaran (yang ini bohong) harus dilakukan untuk membulatkan satu keputusan. Sebelum ke Dieng beragam lokasi destinasi sebenarnya jadi pilihan, mulai dari Green Canyon di Pangandaran, Pahawang di Lampung, Karimun di Jawa Tengah, bahkan Bromo di Jawa Timur.
Sebenernya bisa dibilang ini
perjalanan nekat. Dengan waktu libur yang mepet, tiket yang susah didapet plus
cuaca yang kadang suka galau kita berempat tetap nekat jalan. Demi refreshingin
pikiran sekaligus survey lokasi buat trip Relis selanjutnya.
Daannnn seperti yang diduga,
perjalanan Jakarta-dieng yang biasanya sekitar 12 jam kali ini kita tempuh
hanya dengan waktu 19 jam saja sodara-sodara. Jalur pantura yang lagi
diperbaikin dilengkapi dengan supir bis yang sangat woles mengemudikan bis
seperti nyetir penyu hijau ini sukses menghantarkan kita ke Dieng dengan waktu
tempuh super oke itu.
![]() |
Dieng 24 jam dingin :) |
Pertama kali menginjakan kaki di daerah
ini sekujur tubuh mulai menujukan tanda-tanda penurunan suhu badan. Saat mau
check in di salah satu home stay di daerah sana gak sengaja saya liat termometer
yang ditempel ditembok home stay,
ternyata suhu udara mencapai 13 derajat celcius siang itu. Kata pemilik home
stay suhu segitu masih terbilang biasa, dipuncak musim panas bahkan suhu udara
di Dieng bisa mencapai titik beku atau 0 derajat celcius, mantap kan. Selesai
beberes dan bersih-bersih akhirnya petualang kami pun dimulai di negeri para dewa
ini.
Telaga Warna
Destinasi pertama dari rencana
perjalanan ini yaitu ke telaga warna. Gak susah sebenarnya untuk ke lokasi yang
satu ini sekitar 300 meter dari home stay tempat kami menginap, tapi karena gak
banyak angkot kaya di Jakarta akhirnya kita berempat memutuskan menyewa dua
sepeda gunung motor agar mempermudah ke lokasi-lokasi wisata yang ada di
sekitaran Dieng, tapi keputusan nyewa motor ini agak disesali sebenarnya pas
liat sunrise di keesokan paginya hahaha.
![]() |
Petunjuk arah lokasi goa di telaga warna |
Menurut legenda telaga ini bisa
memiliki warna yang beragam karena zaman dahulu kala ada cicin atau batu
perhiasan seorang bangsawan yang terjatuh ke dasar telaga jadi membuat telaga
ini mempunyai warna air yang berubah, terkadang hijau, biru, atau kuning.
![]() |
Anak hilang di pinggir telaga warna |
Jika kita masuk lebih dalam
ternyata telaga ini ada dua, iya ada dua jadi yang satu telaga warna y ang satu
lagi namanya telaga Pengilon. Jadi air yang ada di telaga warna itu asalnya
dari mata air di telaga pengilon yang airnya ngalir diantara celah rerumputan
wlingi dan membentuk telaga seperti yang kita liat saat ini. Ditengah kedua
telaga ini juga terdapat sebuah pulau kecil yang kata pemandu disebut pulau
putih atau daerah putih gitu saya agak lupa (sebenarya karena lagi bolot waktu itu)
hahahaha.
![]() |
Batu yang mirip tokoh semar |

Siapa aja? Kita samarkan aja ya,
diantara keenam pemimpin yang pernah mampir ke telaga warna ini yakni pemimpin yang pernah mimpin
lamaaaaa banget, pemimpin perempuan dan satu lagi pemimpin yang rambutnya klimis. Gak kenal
kan? bagus deh kalo gitu. Oh iya katanya kalo kita mau tahu sukses atau
tidaknya saat mencalonkan diri jadi lurah, camat, bupati, gubernur, dst bisa ketauan
jika berdiam di goa ini. Tertarik? Saya yang penakut ini sih enggak, karena tempat yang identik
dengan sesajen, dupa dan keluarga-keluarganya itu pasti menyimpan aroma mistis,
dan bagi yang peka, gak cuek, gak suka mencampakan, baik hati dan tidak sombong
(apasih) pasti sadar kok kalo udah menginjakan kaki di daerah ini.
![]() |
Lihat itu? Cantik, mirip KAMU |
Gak sia-sia perjalanan kami yang melelahkan ke Dieng, gak buang waktu kami berkeliling di telaga warna itu, gak rugi kami berlelah-lelah mendaki untuk bisa sampe di bukit dengan pemadanganan menakjubkan. Sungguh, Maha Besar Allah yang mampu membuat keindahan yang menurut saya sempurna ini. Sungguh, tak akan rugi bagi orang yang suka berpergian dan lebih mengenal alam Indonesia ini.
![]() |
Pemandangan telaga warna dari atas bukit pandang |
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” (QS : Ar-Rahman)
NB : Foto yang ada dalam blog ini diambil dari kamera pribadi, sertakan sumber jika mau menggunakan, terima kasih.