Suka bercerita, bercerita suka-suka

Facebook
RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Dieng, Negeri Kahyangan (Part 1)

April - 29
Ryan Maulana

“Travel brings power and love back into your life.”
― Rumi

“Ya udah diputusin kita jalan ke dieng tanggal 17 April abis magrib ya”, entah siapa yang bicara saat itu tapi diputuskanlah destinasi berikutnya yang akan disamperin oleh saya dan para crew Relis Adventure yakni sebuah lokasi wisata yang berjarak satu jam perjalanan dari kota Wonosobo dan memiliki ketinggian rata-rata 2000 mdpl. Negeri kahyangan sering disebut untuk daerah yang terletak di dataran tinggi ini, kita sebut saja daerah itu bernama Dieng.

Butuh waktu berbulan-bulan sebenarnya untuk memutuskan destinasi ke daerah ini, beragam perdebatan, adu argumen, saling sanggah masukan bahkan saling cakar-cakaran (yang ini bohong) harus dilakukan untuk membulatkan satu keputusan. Sebelum ke Dieng beragam lokasi destinasi sebenarnya jadi pilihan, mulai dari Green Canyon di Pangandaran, Pahawang di Lampung, Karimun di Jawa Tengah, bahkan Bromo di Jawa Timur.

Sebenernya bisa dibilang ini perjalanan nekat. Dengan waktu libur yang mepet, tiket yang susah didapet plus cuaca yang kadang suka galau kita berempat tetap nekat jalan. Demi refreshingin pikiran sekaligus survey lokasi buat trip Relis selanjutnya.

Daannnn seperti yang diduga, perjalanan Jakarta-dieng yang biasanya sekitar 12 jam kali ini kita tempuh hanya dengan waktu 19 jam saja sodara-sodara. Jalur pantura yang lagi diperbaikin dilengkapi dengan supir bis yang sangat woles mengemudikan bis seperti nyetir penyu hijau ini sukses menghantarkan kita ke Dieng dengan waktu tempuh super oke itu.

Dieng 24 jam dingin :)

Pertama kali menginjakan kaki di daerah ini sekujur tubuh mulai menujukan tanda-tanda penurunan suhu badan. Saat mau check in di salah satu home stay di daerah sana gak sengaja saya liat termometer  yang ditempel ditembok home stay, ternyata suhu udara mencapai 13 derajat celcius siang itu. Kata pemilik home stay suhu segitu masih terbilang biasa, dipuncak musim panas bahkan suhu udara di Dieng bisa mencapai titik beku atau 0 derajat celcius, mantap kan. Selesai beberes dan bersih-bersih akhirnya petualang kami pun dimulai di negeri para dewa ini.

Telaga Warna

Destinasi pertama dari rencana perjalanan ini yaitu ke telaga warna. Gak susah sebenarnya untuk ke lokasi yang satu ini sekitar 300 meter dari home stay tempat kami menginap, tapi karena gak banyak angkot kaya di Jakarta akhirnya kita berempat memutuskan menyewa dua sepeda gunung motor agar mempermudah ke lokasi-lokasi wisata yang ada di sekitaran Dieng, tapi keputusan nyewa motor ini agak disesali sebenarnya pas liat sunrise di keesokan paginya hahaha.

Petunjuk arah lokasi goa di telaga warna

Sebelum sampai di lokasi telaga warna, kita akan diberhentikan di tengah jalan, tepatnya di gardu tiket. Kita diwajibkan membayar tiket sebesar Rp 20.000,- untuk bisa nikmatin semua wisata yang ada di zona satu wisata dieng diantaranya Telaga Warna, DPT (Dieng Plateu Theater), Kawah Sikidang dan juga Candi Arjuna.

Sampai di pintu masuk telaga, kita ditawari salah seorang pemandu lokal untuk didampingi selama di telaga warna, setelah dipikir-pikir akhirnya kita memutuskan menyewa jasa bapak satu ini. Sebenernya tergantung kita mau nyewa atau enggak tapi menurut saya pribadi nyewa jasa pemandu itu sangat membantu kita nambah wawasan yang ada di Dieng, jadi gak cuma dateng maen air, lari-larian di hamparan perbukitan, tapi juga bisa nambah ilmu.
Pemandangan telaga warna dengan pengunungan menjadi latarnya

Menurut legenda telaga ini bisa memiliki warna yang beragam karena zaman dahulu kala ada cicin atau batu perhiasan seorang bangsawan yang terjatuh ke dasar telaga jadi membuat telaga ini mempunyai warna air yang berubah, terkadang hijau, biru, atau kuning.

Tapi jika ditilik lewat versi ilmiahnya, kenapa telaga ini memiliki warna yang kadang berubah itu karena kandungan belerang yang ada di dasar telaga, karena dulu telaga ini merupakan kawah gunung berapi jadi wajar banyak belerangnya, hal ini yang buat telaga mempunyai warna yang cantik kaya KAMU (oke fokus). Oh iya menurut pemandu kita kawah ini dalemnya sekitar 16 meter, dan saya udah nyicipin dinginnya telaga ini, lebih tepatnya kecebur ke telaga karena kebanyakan gaya mau foto diatas pohon yang melintang di pinggiran telaga hehehe.

Anak hilang di pinggir telaga warna
 
Jika kita masuk lebih dalam ternyata telaga ini ada dua, iya ada dua jadi yang satu telaga warna y ang satu lagi namanya telaga Pengilon. Jadi air yang ada di telaga warna itu asalnya dari mata air di telaga pengilon yang airnya ngalir diantara celah rerumputan wlingi dan membentuk telaga seperti yang kita liat saat ini. Ditengah kedua telaga ini juga terdapat sebuah pulau kecil yang kata pemandu disebut pulau putih atau daerah putih gitu saya agak lupa (sebenarya karena lagi bolot waktu itu) hahahaha.

Batu yang mirip tokoh semar
Memasuki pulau ini kita bisa melihat batu besar yang mirip salah satu tokoh wayang, yaitu Semar. Saya amati dengan detail melihat bener gak mirip penampakan tokoh wayang itu, daaannnn ternyata ada sedikit kemiripan lah kalo menurut pengamatan saya. Di bawah batu itu biasanya para peziarah atau masyarakat yang masih menganut kejawen meletakan sesajen dan dupa sambil berdoa, katanya kalo berdoa minta pinter di bawah batu itu anak yang didoakan beneran bisa pinter. Saya sih mau nyoba, tapi mikir lagi anak siapa yang saya doain biar pinter, nikah aja belom (curhat) akhirnya niat itu saya urungkan.

Gak cuma batu yang menyerupai Semar, di dataran ini juga terdapat beberapa goa yang sampai saat ini masih sering didatangi oleh sebagian orang, entah buat minta mie ayam wangsit atau sekedar berdoa memohon suatu hal (sama aja itu). Goa yang ada disini ada tiga, yakni goa jaran, goa sumur dan goa semar, ada satu goa lagi sih namanya goa pengantin, tapi kalo diamati lebih mirip cekungan diantara batu perbukitan jadi gak saya gabung sama tiga goa di atas tadi. Dari tiga goa itu, lagi-lagi si Semar yang memiliki cerita paling mencengangkan menurut saya. Bayangkan saja beberapa pemimpin negeri ini ternyata pernah minta mie ayam wangsit disini.
 
Pintu depan goa sumur

Siapa aja? Kita samarkan aja ya, diantara keenam pemimpin yang pernah mampir ke telaga warna ini yakni pemimpin yang pernah mimpin lamaaaaa banget, pemimpin perempuan dan satu lagi pemimpin yang rambutnya klimis. Gak kenal kan? bagus deh kalo gitu. Oh iya katanya kalo kita mau tahu sukses atau tidaknya saat mencalonkan diri jadi lurah, camat, bupati, gubernur, dst bisa ketauan jika berdiam di goa ini. Tertarik? Saya yang penakut ini sih enggak, karena tempat yang identik dengan sesajen, dupa dan keluarga-keluarganya itu pasti menyimpan aroma mistis, dan bagi yang peka, gak cuek, gak suka mencampakan, baik hati dan tidak sombong (apasih) pasti sadar kok kalo udah menginjakan kaki di daerah ini.
Pintu depan goa Semar

Puas berkeliling disekitar telaga, pemandu mengajak kita untuk melihat pemandangan secara keseluruhan kedua telaga ini dari lokasi yang lebih tinggi. Dimana lokasinya? Ternyata kita harus keluar dari lokasi wisata ini dan diteruskan menaiki kuda besi dan parkir di sebelah DPT (Dieng Plateu Theater) terus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju lokasi yang disebut “bukit pandang”. Eits, tapi gak gratis karena gak jauh setelah jalan dari DPT tadi ada pos retribusi “kembali” dan perorang harus membayar Rp 3.000. Daaannnnn setelah lelah menapaki jalanan yang cukup menanjak dengan membawa tas pinggang (perut besar) ini akhirnya saya sampai di atas bukit juga, pikiran pertama yang terlintas pas liat pemandangan yang ada itu, “Subhanallah, pemandangannya keren pake banget-banget”.
Lihat itu? Cantik, mirip KAMU

Gak sia-sia perjalanan kami yang melelahkan ke Dieng, gak buang waktu kami berkeliling di telaga warna itu, gak rugi kami berlelah-lelah mendaki untuk bisa sampe di bukit dengan pemadanganan menakjubkan. Sungguh, Maha Besar Allah yang mampu membuat keindahan yang menurut saya sempurna ini. Sungguh, tak akan rugi bagi orang yang suka berpergian dan lebih mengenal alam Indonesia ini.

Pemandangan telaga warna dari atas bukit pandang
Telaga warna dari atas bukit pandang


“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” (QS : Ar-Rahman)

NB : Foto yang ada dalam blog ini diambil dari kamera pribadi, sertakan sumber jika mau menggunakan, terima kasih.

Leave a Reply

    Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com