Februari - 09
Ryan Maulana
Saya akan melanjutkan cerita tentang perjalan ke Trans Studio, yang sebelumnya saya tulis disini. Setelah saya sampai disana kira-kira pukul 13.00 wib, kami (saya dan teman-teman saya) langsung berkeliling menyusuri setiap sudut Trans Studio bandung sambil berdiskusi wahana apa yang akan kami masuki terlebih dahulu. Setelah melewati pedebatan panjang, mengalahkan debatnya para wakil rakyat di DPR sana *alah* kami akhirnya memutuskan untuk memasuki wahana dunia lain terlebih dahulu. Para wanita (rika dan dian) sudah ketakutan duluan sebelum masuk kedalam wahana, saya sebenarnya agak takut juga tapi tetap pasang muka kalem. Sebelum kita bisa menaiki wahana tersebut terlebih dahulu kita akan melewati lorong-lorong yang gelap dan sunyi serta melewati beberapa lukisan-lukisan serta kita akan menaiki tangga yang berjalan dengan sendirinya (baca=eskalator), akhirnya kami sampai juga di tempat kita menaiki wahana tersebut, bentuknya seperti kereta yang maksimal di duduki 4 orang. Gawat pikir saya, karena kami berenam terpaksa saya dan teman saya (nuzul) harus menaiki kereta yang terpisah dengan empat teman saya yang lain untungnya ada 2 orang bule yang duduk di belakang kami jadi kami tidak cuma berdua. Saat didalam sana hampir sama bentuknya seperti rumah hantu yang ada di taman safari cisarua tapi disini lebih banyak memakai gambar-gambar proyeksi, ada pocong, genderuwo suster ngesot, dan ada bagian yang bikin saya parno *awas jangan salah baca* (was-was) yaitu saat kereta sudah mau sampai ke tempat saya naik tadi, ada replika mobil ambulance yang sudah usang dan tiba-tiba saja ada keranda mayat yang keluar dari dalam mobil tersebut dan jatuh ke bawah, sontak saja saya kaget mendengar bunyinya. Tetapi ternyata bagian paling menakutkannya ada di bagian akhir saat saya berfikir kalau wahana itu sudah mau selesai tiba-tiba saja sreeetttt!!! ada sebuah bayangan yang langsung berdiri di samping saya sangat dekat jaraknya sampai-sampai saya teriak dibuatnya, pas saya tengok ke belakang ternyata itu salah satu crew dari dunia lain yang menyamar jadi sosok kuntilanak, untung saya tak jantungan dibuatnya.

Setelah keluar dari wahana dunia lain kami berjalan ke kawasan lost city dan menaiki wahana skypirates zapelin yaitu sebuah gondola berbentuk pesawat zapelin bajak laut yang muat untuk 8 orang, wahana ini mengelilingi kawasan Trans studio dari ketinggian sehingga kita bisa menikmati pemandangan Trans studi sekaligus bisa melihat wahana yang lainnya. Sekeluarnya kami dari wahana skypirates zapelin, saya dan cesar langsung menuju ke wahana kong climb yaitu wahana dimana kita akan melakukan olahraga panjat tebing, kita akan memanjat tebing buatan setinggi kurang lebih 8 meter dan diharuskan memegang sebuah lampu warna merah di ujung atas tebing tersebut. Tak perlu khawatir karena kita akan dipakaikan alat pengaman terlebih dahulu sebelum memanjat tebing buatan tersebut, walau saya lebih gendut dari cesar tapi saya berhasil memanjat sampai ke ujung tebing tersebut dan memegang lampu berwarna merah tersebut, si cesar hanya mampu memanjat tebing itu sampai setengahnya saja (mungkin faktor usia ha ha ha...), oh iya teman saya yang lainnya tidak ikut memanjat hanya melihat kami dari kejauhan.
Sesi memanjat selesai, kami pun menuju wahana berikutnya yaitu dragon riders, kata cesar (lagi-lagi dia) wahana ini pasti untuk anak kecil, memang jika kita lihat dari jauh wahana ini hanya bergerak memutar sambil naik turun seperti jungkat-jungkit. Ternyata salah, walaupun terlihat hanya seperti jungkat-jungkit kenyataannya ketika kami naik wahana tersebut andrenalin kami bertambah karena gerakan naik turunnya itu sangat kencang dan membuat kami berteriak antara kegirangan bercampur takut, alhasil muka saya dan nuzul sangat absurd bentuknya saat difoto oleh crew Trans Studio. Selesai dari wahana dragon riders kami langsung lanjut masuk ke wahana negeri raksasa, kalo wahana yang satu ini hampir sama dengan hysteria yang ada di dufan tapi ini lebih pendek dan lebih banyak naik turunnya , ya sekitar 7-8 kali kita akan dibawa naik dan turun serta tentu saja teriakan-teriakan kami yang tak terbendung lagi, apalagi dian dan cesar yang sudah gugup sedari awal kita mengantri tadi.

Kami beristirahat sebentar untuk memulihkan semangat kami dalam berkeliling dan mencoba semua wahana yang ada, tentunya yang diperuntukan bagi seusia kami. Karena terdapat beberapa wahana yang hanya bisa dimasuki oleh anak-anak yaitu pulau liliput dan captain blackheart pirate ship. Kami pun melanjutkan dengan memasuki wahana transcar racing yaitu sebuah wahana mobil balap yang akan melintasi sirkuit yang ada, tapi yang mengasikan dari wahana ini ialah kita bisa menggas dan mengerem mobil tersebut serta dapat memutar setir juga roda mobil tersebut seperti mobil betulan, tentu saja mobil tetap melaju dijalurnya.
Tulisan ini baru 2/3 dari pengalaman saya saat berkunjung ke Trans Studio Bandung, jangan lupa untuk membaca artikel saya Journey to Trans Studio (part 3) sekaligus bagian akhir dari kunjungan saya kesana. Jangan sampai ketinggalan ceritanya dan jangan lupa untuk memfollow blog ini. Terima Kasih :)